Pendulang Tinggalkan Lokasi Tambang

Kendari Ekspres 2009-09-09/Halaman 16 Sultra Raya

Air Minim, Kejahatan Meningkat

RumbiaSejak beberapa pekan ini pendulang yang melakukan aktivitas penambangan emas secara liar banyak yang telah keluar atau meninggalkan lokasi tambang dikarenakan minimnya air untuk dipergunakan dalam menambang khususnya di Desa Tahi Ite Kecamatan Rarowatu.

Pasalnya air sungai yang biasa dipergunakan masyarakat penambang di lokasi tersebut mulai minim bahkan mengalami kekeringan sejak terjadinya musim kemarau.

Hal ini tentunya turut mempengaruhi hasil emas yang diperoleh penambang yakni hanya sedikit dan terbilang mengecewakan, akibatnya banyak penambang mulai istrahat dari aktifitas mencari emas dan secara perlahan meninggalkan lokasi tambang Tahi Ite.

“Sudah tidak ada air di sana karena tak pernah hujan bahkan sudah kering. Dengan tidak adanya air tentu kami tidak bisa bekerja sehingga kami lebih memilih keluar dulu dari pada kami tetap bertahan disana tapi hasil tidak ada,” kata salah seorang penambang dari Konsel, Samsu.

Menurut ia, bukan hanya dirinya yang sudah keluar meninggalkan lokasi melainkan juga puluhan rekan-rekannya yang bekerja bersama ia sudah pulang ke kampung halaman masing-masing utamanya yang berasal dari luar Provinsi Sultra.

“Teman-teman saya yang dari Kalimantan dan Pulau Jawa banyak yang sudah pulang kampung halaman mereka karena memang hasil emas yang kami peroleh sangat memprihatinkan,” terangnya.

Selain karena terjadinya kekeringan yang menjadi penyebab keluarnya para penambang juga termasuk salah satunya adalah semakin meningkatnya tingkat kejahatan di areal emas tersebut utamanya perampokan dan pembunuhan.

Bahkan belum lama ini, sudah ada beberapa penambang yang emas dan duitnya raib tanpa ditau pelakunya. Bukan hanya itu, pelaku dengan sadis membunuh korban yang mencoba melakukan perlawanan.

“Kami merasa takut dan khawatir bila terus berada di lokasi karena di sana tingkat kejahatan sudah sangat rawan, dimana sudah ada penambang yang dibunuh setelah sebelumnya dirampok emas dan uangnya.

Dimana pelakunya kami duga adalah orang-orang dari luar Sultra yang datang menambang tapi tidak mendapatkan hasil sehingga untuk mencari ongkos kembali ke daerahnya mereka tega melakukan tindakan keji seperti itu,” kata Basri, salah seorang penambang dari Poleang.

2010, Wangsel Bebas Sampah Plastik

Kendari Ekspres 2009-09-08/HALAMAN 9 Baubau Ekspres

Wangi-Wangi– Guna mengugah kesadaran masyrakat akan bahaya sampah plastik, Camat Wangi-wangi Selatan Nur Saleh meluncurkan program Gerakan Pemberantasan Sampah Plastik (GPSP). Dari gerakan ini diharapkan tahun 2010 Kecamatan Pemekaran Wangi-wangi sudah terbebas dari sampah plastik.

Ia menambahkan, program GPSP merupakan langkah tindak lanjut dari Program Pemda Wakatobi yang telah mencananggkan gerakan terpadu penanggulangan sampah plastik (GPSP).

Untuk mewujudkan hal ini, pemerintah Kecamatan Wangi-wangi selatan akan melibatkan anak sekolah mulai  dari SD hingga SMA serta melibatkan masyarakat melalui gerakan Sabtu bersih.

“Pemerintah dan masyarakat Wangsel akan selalu melakukan terobosan baru, terutama dalam mendukung program pemerintah, termasuk penaggulangan sampah plastik”, katanya.

Sebagai langkah awal pelaksanaan program GPSP, pihaknya akan melakukan sosialisasi di tingkat sekolah dasar. Tentunya dengan mengkoordinasikan terlebih dahulu hal ini dengan pihak Dinas Pendidikan Nasional Pemuda dan olahraga Wakatobi.

“Kalau untuk sosialisasi ditingkat masyarakat umum sudah dilakukan baik melalui masjid-masjid maupun pertemuan langsung dengan masyarakat tingkat desa/kelurahan”, tambahnya.

Pemberantasan sampah plastik kata dia perlu segera dilakukan di Wakatobu ini, mengingat daerah ini sudah menjadi destinasi pariwisata.

Utamanya wisata selam. Jika tidak maka keindahan karang yang ada saat ini dalam beberapa tahun mendatang akan mengalami kerusakan karena tercemar dengan sampah anorganik ini.

‘Mumpung belum parah, saat kita melakukan aksi nyata”, ajaknya.

Kelestarian Karang Terancam

Kendari Ekspres 2009-09-07/Halaman 9 Baubau Ekspres

*Akibat Tingginya Laju Pertumbuhan Penduduk

Wangi-Wangi – Laju pertumbuhan penduduk yang tinggi dapat menjadi ancaman bagi kelestarian terumbu karang. Sebab populasi penduduk yang tinggi akan memberikan pengaruh secara langsung pada pemanfataan sumberdaya kelautan termasuk terumbu karang.

Demikian dikatakan Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Penanaman Modal, Penelitian dan Pengembangan Wilayah Kabupaten Wakatobi Ir Abdul Manan MSc ketika memimpin pertemuan triwulan II Dewan Pemberdayaan Masyarakat Pesisir (DPMP) Kabupaten Wakatobi belum lama ini.

Ketua Dewan Pemberdayaan Masyarakat Pesisir Kabupaten Wakatobi ini juga mengatakan, laju pertumbuhan pendudukan Kabupaten Wakatobi saat ini yang mencapai 2,7 % setiap tahun tergolong cukup tinggi. Dalam lima tahun saja jumlah penduduk meningkat cukup signifikan.

Dari 65 ribu jiwa pada awal pemekarang Kabupaten Wakatobi meningkat menjadi 100 ribu jiwa lebih pada saat ini. Hanya berselang lima tahun. Sementara hamparan daratan Wakatobi diperkirakan hanya mampu menampung maksimal 400 ribu jiwa.

“Ini tugas bersama kita semua untuk mengkapanyekan pengendalian laju pertubuhan penduduk. Sebab walaupun berbagai program pelestarian karang di Wakatobi telah berhasil, tetapi kepadapatan penduduk tak dapat diatasi sejak sekarang maka apa yang telah dicapai itu akan sia-sia,” katanya.

Untuk itu Dosen Unhalu yang diperbantukan di Pemda Wakatobi ini meminta agar pihak Corremap II Wakatobi khususnya yang membidangi kampanye pelestarian karang aktiv dalam memberikan informasi pada masyarakat.

Tidak hanya sebatas informasi yang dapat menggugah kesadaran masyarakat dalam melestarikan karang tetapi termasuk informasi yang memuat perlunya mengikuti program Keluarga Berencana (KB).

“Lakukan ini melalui pondok Informasi yang sudah dibentuk disetiap desa binaan Corremap II Wakatobi,” pintanya.

Upaya lain yang perlu dilakukan yakni peningkatan kapasitas (capacitas building) bagi tenaga-tenaga pendamping Corremap di lapangan. Serta perlunya aksi nyata dilapangan berupa pengendalian sampah plastik terpadu.

Sementara itu Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Kabupaten Wakatobi Drs La Ode Hajifu MSi mengatakan kendala yang menyebabkan Corremap II Wakatobi lambat dalam mencapai keberhasilan selama ini yakni kurangnya kemampuan Sumber Daya Manusia (SDM) yang dimiliki.

Disisi lain stakeholder pelestarian karang di Wakatobi masih terkesan menonjolkan ego sektoral. Padahal jika disadari semuanya memiliki visi, obyek dan tujuan yang sama.

Untuk itu kedepan, perlu ada sinergi atara lembaga pemerhati kelestarian terumbu karang di Wakatobi.

Ia juga meminta Dewan Pemberdayaan Masyarakat Pesisir Kabupaten Wakatobi aktiv dalam memberikam masukan yang ada kaitannya dengan upaya pelestarian terumbu karang di Wakatobi.

Listrik Padam Karena Suplay Bahan Bakar Tak Cukup

Kendari Ekspres 2009-09-05/Halaman 8 Kota Ekspres

Kendari– Padamnya layanan listrik PLN cabang Kendari dari sejumlah titik tertentu di wilayah kota Kendari dan sekitarnya beberapa hari terakhir ini rupanya dipicu oleh kurangnya stok bahan bakar minyak  yang di suplay oleh pihak pertamina Kendari PLN cabang Kendari.

Hal itu diungkapkan Muh Andy Adhaminoerdin, Asisten Manajer Niaga dan Pelayanan PLN Cabang Kendari, yang juga Pelaksana Harian Manajer PT PLN Cabang Kendari kemarin (4/9).

Menurut Andi, Pertamina dalam beberapa hari terakhir ini hanya mampu menyuplay kebutuhan bahan bakar pada PLN Cabang Kendari sebanyak 75 kilo meter dari kebutuhan bahan bakar normal yang dibutuhkan PLN Cabang Kendari sebanyak 150 kl dalam setiap harinya.

Dengan kebutuhan bahan bakar yang hanya 75 kl tersebut, kemudian memaksa PLN untuk memilih keputusan terbaik dari terburuk. Artinya, dengan bahan bakar yang hanya75 kl tersebut maka otomatis PLN hanya bisa beroperasi selama 12 jam.

Pilihan pemadaman PLN menetapkan siang hari dengan kesepakatan hasil rapat bersama intern pejabat PLN ditingkat Kendari.

Dengan pertimbangan menghargai aktivitas umat islam yang melaksanakan ibadah shalat tarawih dan sahur pada saat malam hari.

“Sesuai dengan informasi yang dihimpun dari pertamina Kendari kurangnya suplay bahan bakar minyak jenis solar PLN tersebut juga dipengaruhi oleh keterlambatan kapal tongkang pengangkut bahan bakar masuk ke Kendari” ujarnya.

Terjadinya pemadaman bergilir yang hanya terjadi pada sebagian wilayah pelayanan PLN cabang Kendari pada dua hari terkahir ini disebabkan adanya stok bahan bakar dari depot pertamina Kolaka sebanyak 50 kl.

Mudah-mudahan kapal tongkang pengangkut bahan bakar sudah bongkar di depot Pertamina Kendari, sesuai dengan rencana pada hari Minggu (6/9).

Ditengah pemadaman dilakukan PLN karena tidak terpenuhinya kebutuhan bahwa bahan bakar tersebut, pihak PLN memanfaatkannya untuk melakukan pemeliharaan jaringan, mengantisipasi agar tidak terjadi gangguan pada jaringan yang mengakibatkan pemadaman pada saat malam takbir dan hari raya nantinya.

Anggaran Pengerukan Teluk, Perlu Dievaluasi

Kendari Ekspres 2009-09-05/halaman 8 Kota Ekspres

Kendari– Sudah saatnya penggunaan anggaran pengerukan teluk dievaluasi. Pasalnya, sudah menelan anggaran miliaran rupiah, rencana pengerukan malah terus jalan ditempat.

Bahkan, tanda-tanda pengerukan semakin tidak jelas. Demikian kata Disman Saranani, anggota DPRD Kota Kendari.

Menurut Bisman, ada dua hal yang perlu diealuasi, selain penggunaan anggran, pengadaan dua mesin penyedot juga perlu dievaluasi. Apa penyebabnya sehingga mesin penyedot belum juga bisa difungsikan.

Apakah karena perencanaan awal yang salah, atau karena verifikasi alat yang keliru. Hal itu kata dia perlu ditransparansikan supaya publik tidak lagi bertnaya-tanya dengan pengerukan teluk.

Kenapa sehingga tidk juga jadi-jadi. “Kontak pengadaan mesinnya juga perlu ditinjau kembali. Jangan sampai ada yang keliru. Mulai dari kapasitas mesinnya, apa sudah sesuai dengan jumlah anggaran yang telah dianggarkan, atau bagaimana”, ujarnya.

Secara teknis kata dia, mesin penyedot seharusnya sudah tidak ada alasan untuk tidak difungsikan. Pengerukan teluk mestinya sudah harus dilakukan. Penundaan yang berkepanjangan bisa menimbulkan presedn buruk dari masyarakat.

“Lain halnya kalau secara teknis masih ada kendala. Tapi kalau sudah tidak ada masalah, kenapa lagi harus ditunda-tunda”, katanya.

Warga Penambang Liar Akui Kondisi Aman

Kendari Ekspres 2009-09-05-/halaman 16 Sultra Raya

Hadirnya Investor di Lokasi Tambang Emas

Kassipute–Warga dan para penambang liar mengakui dengan hadirnya invetor seeprti PT Panca Logam Makmur lokasi tambang emas kabupaten Bombana areal tambang menjadi aman dari tindakan  kriminal seperti perjudian, pertengkaran, penjarahan/pencurian, minuman keras, dan asusila.

Menurut Yamin, salah satu warga sekarang ini sudah kurang penambang liar masuk ke lokasi karena sudah ada investor tambang, tapi sebelum masuk investor puluhan ribu penambang dari berbagai daerah masuk ke sini mendulang emas. Mereka menggali lubang di mana-mana membuat tanah tidak rapat, berlubang-lubang dan lingkungan menjadi rusak.

Hal serupa juga dikatakan istri Yamin, yang juga warga Desa Wumbubangka mengaku dulu kondisi lokasi tambang rawan dari tindakan kriminal termasuk banyaknya penambang liar lalu lalang di depan rumah selama 24 jam menuju lokasi tambang.

Sementara itu salah seorang penambang liar, Ramli asal Kendari mengakui di lokasi tambang emas rawan tindakan kriminal, hampir setiap hari terjadi perjudian, dan pertengakaran.

Selain itu, pendapatan mulai berkurang karena sulitnya mencari air di lokasi tambang Bombana.

“Kita harus menggali lubang lebih dalam lagi hingga 10 meetr selama berhari-hari dan hasilnya belum tentu mendapat emas, kalaupun ada hanya 2 kaca.

Belum lagi kondisi yang belum aman karena banyaknya tindakan kriminal, tapi sekarang kondisi keamanan disana sudah baik akibat masuknya petugas dari Birmobda Sultra dan Polisi.

Selain itu, ia juga mengelukan tingginya biaya hidup di lokasi tambang emas Bombana.

“Harga mie instan saja mencapai Rp 5000 per mangkuk”, keluhnya.

Mobil Pengangkut Dilepas, Kayu Diamankan

Kendari Ekspres 2009-09-05/Halaman Utama

Satu truk Jati Log Asal muna Bukan Dari Cagar Alam

Baubau– Satu truk kayu jati gelondongan dari Muna yang ditahan petugas kehutanan Baubau, Minggu (30/8) dibantah Kepala BKSDA Sultra melalui seksi Konservasi Wilayah I Buton Utara, Muna Buton, dan Baubau, Ir Made Rimbawan Msi.

Menurut dia, kayu jati log yang ditangkap itu bukan berasal dari kawasan cagar aalm, pertanyaan itu resmi dikeluarkan BKSDA setelah melakukan pengecekan pada kawasan caagr alam Napabalano yang luasnya yang sekitar 9,2 hektar.

“Yang ditebang itu bukan dari kawasan Cagar alam. Tidak tau kalau kawasan lainnya. Makanya saya minta laporan tertulis dari sana’ bantah Ir Made Rimbawan di ruang kerjanya, Jumat kemarin (4/9).

Menurut Made, pernah ada dari masyarakat mengadukan pengangkutan kayu antara hari Sabtu dan Minggu dari kawasan cagar alam Napabalano disampaikan melalui telepon seluler.

Namun, setelah memerintahkan resosrt BKSDA Napabalano Muna dan melakukan pengecekan lapangan, tidak ada kayu jati dari kawasan cagar alam yang ditebang.

“Tidak tau kalau ditempat lain, karena kita sudah periksa kawasan cagar alam. Masih lengkap dengan batas-batasnya”, ungkapnya.

Ia juga merasa tidak yakin bila kawasan cagar alam bisa dijarah. Apalagi kawasan itu jaga ketat oleh polisi kehutanan. Khusus cagar alam Napabalano dijaga oleh satu orang Polhut. Namun secara keseluruhan jumlah Polhut ada 4 orang yang bertugas di resort BKSDA Napabalano.

Penegasan serupa ditegaskan, Kadishut Muna, Drs La Ode. Ia menunjuk surat Kepala Resort Konservasi sumber daya alam Napabalano, La Ode Mengko, yang dilayangkan kepadanya bernomor: 27/vi/RKSDA.NR/2009.

Surat berisi dua point itu perihal laporan hasil pengecekan di cagar alam Napabalano. La Ode Mengko menyatakan telah melakukan cek lapangan dan tidak terjadi pelanggaran seperti penebangan hutan cagar alam sebagaimana disnyalir berita koran.

Kayu yang dikirim ke Baubau dinyatakan berasal dari dari kebun masyarakat yang bertetangga dengan caagr alam.

“Jadi status kayu yang dipersoalkan itu dan sudah menyeberang ke Baubau itu lengkap dokumen dan berasal dari hutan rakyat”, kataya.

Sekedar diketahui, Minggu (30/8), petugas Baubau menahan satu truk kayu jati gelondong asal Muna.

Jumlahnya mencapai 6 batang atau setara dengan 9,5700 meter kubik lengkap dokumen. Namun, kayu itu ditahan karena ada aduan masyrakat bahwa kayu itu berasal dari kawasan cagar alam Napabalano.

Kayu itu dikirim dari Muna oleh Mogo warga Kelurahan Tobula Kecamatan Tungkuno dengan menggunakan mobil tronton bernopol usang yang hanya tersisa tulisan DT 656, plat merah. Penerimanya di Baubau adalah Sutrisno.

Berdasarkan hasil pantauan saat ini ada 6 batang kayu jati gelondongan itu masih diamankan di kawasan pelabuhan Murhum Baubau,sementara mobil pengangkut kayu gelondongan dengan nopol DT 656, menghilang dari depan kantor polsek KPPP. Kabarnya, mobil pengangkut telah dilepas.

11 Jam Listrik di Kendari Padam

Kendari Ekspres 2009-09-04/Kota Ekspres Halaman 8

Janji PLN Direalisasikan

Kendari– Janji PLN Cabang Kendari untuk tidak mati lampu saat berlangsung bulan bulan ramadhan tampaknya tidak bisa direalisasikan. Kemarin 3 September janji PLN tidak mati yang di dukung pihak pejabat dari PLN Sulawesi itu diingkari sendiri oleh pihak PLN.

Mulai, dari pukul 07.00, praktis aktivitas pelayanan yang sepenuhnya tergantung oleh jasa listrik Kota Kendari itu tidak berfungsi. Alias mati seperti aktivitas rumah sakit, dll, dan pertokoan dan masih banyak lainnya yang tidak berfungsi.

“Jika dihitung secara makro kerugian masyarakat Kota Kendari dengan berfungsinya listrik selama 11 jam kurang lebih mencapai miliaran rupiah” ungkap salah satu mahasiswa Fakultas Ekonomi kemarin.

Jika menghitung kerugian, memang jumlah kerugian di masyarakat itu jumlahnya bisa relatif besar tergantung sudut pandang yang mana akan digunakan.

Belum lagi sudut pandang image Kota yang tidak bisa diukur dengan materi. Misalkan, jika kemarin saat mati lampu, siapa tahu ada beberapa investor yang berada di Kendari, atau Sultra, tentu pandangan mereka tentang faslitas kebutuhan untuk berinvestasi seperti tersedianya sarana listrik yang memadai tentu sudah semakin berkurang minat mereka untuk berinvestasi disini.

Salah seorang pejabat sering kali berucap, karena beberapa mesin listrik dari salah satu kabupaten di Sulsel ssudah dibeli termasuk yang berada di pulau Sumatera sudah dibeli. Tapi lagi-lagi buktinya mana pejabat. yang ada hanya kebohongan terus menerus dan tidak terbukti. Lebih baik jangan mengumbar janji dulu jika realisasinya tidak berdasar” ungkap saat berbuka puasa.

Maksudnya siapa pun dia, pejabat Sulawesi seperti pernah terjadi di Kendari, pejabat Sultra sendiri atau pejabat teras lainnya, tidak usah mengumbar janji dulu. Itukan lebih bagus, ketimbang mengumbar janji tapi tidak ditepati, seperti yang terjadi pada listrik ini.

“Mungkin kalimat itulah yang harus disepakati oleh semua pejabat termasuk di lingkup PLN”, ungkap wartawan senior asal Konawe.

8 Pejabat Dishut Diduga Terlibat

Kendari Ekspres 2009-09-04/Halaman Utama

Kasus jati cagar alam di Baubau, Dokumen Lengkap, kayunya Mencurigakan

Raha– Disinyalir kasus cagar alam yang lolos di Muna berkaitan dengan 8 pejabat di Dishut Muna. Mulai dari KRPH Bonea, KUPTD Muna Utara I yang menguasai kayu, hingga penandatanganan rekomendasi dalam halini Kadishut.

Bermula dari pemuatan 6 batang kayu jati log sebesar empat pelukan orang dewasa, disaksikan banyak orang pada Minggu pekan lalu. Mobil tronton warna merah bernopol DT 656 C, plat merah, lewat dalam kota Raha menuju Wamengkoli sekitar pukul 09.00 Wita.

Mobil sempat mogok di jembatan Warangga akibat kerusakan injeksi mesin sehingga harus diperbaiki oleh montir.

Tronton dikawal mobil patroli Polhut dan sebuah mobil Kijang, beriringan menuju Wamengkoli.

Dari informasi yang diperoleh, mengungkapkan kayu itu diangkut melalui Izin Pemanfaatan Kayu rakyat milik La Mogo, warga Desa Tombula, Kecamatan Tungkuno.

Izin itu dipakai seseorang bernama Sutrisno untuk melakukan pengolahan kayu. Sesuai bocoran rencana, kayu itu hendak dikirim ke PT Jati alam, Bali, untuk dijadikan peti mati. Dikirim via pelabuhan Murhum, Baubau.

Bocoran orang dalam Dishut Muna, mengungkapkan awalnya 6 batang jati log itu ditangkap di Tampo dan disita KRPH Bonea yang saat itu dipimpin La Iji.

KRPH dibawah naungan KUPTD Muna Uatra I, yang dipimpin La Ngkaeno. Anggap saja benar kayu itu hasil tangkapan dari tangan pencuri, saat itu, kayu itu diamankan ke KRPH Bonea.

Entah bagaimana belakangan kayu itu disimpan di depan rumah Kapolhut, Sahirudin Gande.

Entah apa pula, kayu itu kemudian diangkut ke Baubau menggunakan iizn IPKR di Tungkuno, seolah-olah kayu itu berasal dari kebun masyarakat di desa Tombula, Kecamatan Tungkuno.

Yang jelas, legalitasnya, dibuat oleh pejabat penerbit dokumen SKSKB yakni La Zakiri, kemudian dilampirkan dilampirkan DKB atau daftar kayu bulat yang ditandatangani oleh pemilik izin, La Mogo dan pejabat penerbit izin, La Zakiri.

Kemudian, Kasubdin Perdaran Dishut Muna, Nestor Djono, memberikan pertimbangaan teknis untuk keperluan rekomendasi.

Selanjutnya pejabat pengelola dokumen menerbitkan dokumen dan terakhir setelah matang, diajukan ke Kadishut, Drs La Ode Mukadimah, untuk penandatanganan rekomendasi angkutan. Maka meluncurlah kayu itu ke Baubau.

Sesuai aturan, kayu yang berasal dari cagar alam tidak bisa dilelang sebagaimana perlakukan kayu temuan yang berasal dari hutan produksi.

Menurut aturan yang berlaku kayu berasal dari cagar alam maka harus dimusnahkan, tidak bisa dilelang dan uangnya diambil oleh negara.

Normatifnya, kayu masyarakat sebanyak tiga batang dengan panjang empat meter paling rata-rata hanya setara dengan satu kubik.

Maka kalau ada tiga batang dengan panjang empat meter paling rata-rata hanya setara dengan satu kubik.

Maka kalau ada kayu tiga batang dengan panjang 6 meter bernilai 9 kubik, maka sudah itu berasal dari hutan kawasan, hutan lindung atau cagar alam.

Itulah yang membuat Bagian Konservasi Sumber Daya Alam di Dishut Baubau curiga. Memang dokumennya lengkap, tapi kayunya mencurigakan.

Cagar Alam Lamedai Dirambah

Kendari Ekspres 2009-09-04/Halaman 16 Sultra Raya

Kolaka–Kasus perambahan hutan atau kawasan cagar alam nyaris tak pernah terkendali. Tak terkecuali kawasan cagar alam Lamedai di Kecamatan Tanggetada kini sudah dirambah dan kapling oleh oknum tertentu dan ditenggarai akan dijadikan kawasan pertambangan.

Kepala Balai Konservasi Sumber Daya Alam Kolaka (BKSDA) Sukrianto Djawie, mengungkapkan belum menngetahui siapa oknum dibalik perambahan dan pengkaplingan cagar aalm tersebut.

“Titik perambahan tepatnya di kampung tator dan di desa Lalonggolosua dan Lamedai. Kita sudah cek tapi pelakunya belum diketahui”, katanya.

Menurut Lamedai memang cagar alam Lamedai memang memiliki daya tarik utnuk kapling sebagai lokasi tambang mengingat lokasinya bersebelahan dengan lahan konsesi PT Antam tbk dan perusahaan lain pemegang kuasa pertambangan.

Sukrianto mengingatkan apabila kawasan cagar alam Lamedai dirambah dan mengalami kerusakan maka akan mengancam sumber mata air mengaliri beberapa irigasi.