Terumbu Karang dan Global Warming

Oleh: Al Azhar Baubau

Terumbu karang dan Global Warming (pemanasan global), mempunyai keterkaitan yang sangat erat. Dimana pemanasan global yang memberi pengaruh kenaikan suhu permukaan air laut, menjadi ancaman besar bagi kerusakan/pemutihan terumbu karang.

Sebaliknya, terumbu karang yang bagus, dapat menyuplay oksigen (O2), ke atmosfer sekaligus menekan terjadinya global warming.

Isu global warming telah jadi perbincangan para ahli iklim di berbagai belahan dunia sejak beberapa tahun lalu, termasuk ancamannya terhadap terumbu karang. Meski pengaruh pemanasan global terhadap pemutihan karang di Indonesia belum dirasakan secara signifikan, namun faktor itu telah menjadi kekhwatiran bagi pemerhati lingkungan dan pesisir.

Coral Reef Rehabilition and Management Program (Coremap), termasuk di dalamnya Coremap II Buton, telah mengantisipasi hal itu, sekaligus melakukan upaya perlindungan terumbu karang. Berbagai upaya telah dilakukan mulai penyadaran masyarakat tentang pentingnya menjaga kelestaria sumberdaya pesisir dan laut, hingga memfasilitasi segala kegiatan yang berhubungan keseimbanagn lingkungan.

Coremap II Buton menyadari bahwa masyrakat pesisir merupakan aktor pencegah kerusakan terumbu karang yang disebabkan proses biologi, tindakan manusia, maupun pengaruh global garming.

Untuk itu, program Coremap II Buton menyentuh masyarakat di desa/kelurahan. Hingga sekarang, desa binaan telah mencapai 67 desa se-kabupaten Buton.

Meski program Coremap II baru berjalan sekitar 5 tahun, namun keberhasilannya sudah mulai terlihat. Baik dari sisi ekologi kelestarian sumberdaya pesisir dan laut secara berkelanjutan (termasuk terumbu karang), kesadaran masyarakat, maupun ekonomi masyrakat pun perlahan terus meningkat.

Dari sisi keseimbangan ekologi dan kesadaran masyarakat inilah yang dipastikan dapat memberikan keterkaitan posistif antara terumbu karang dan global warming.

Pemahaman tentang gambaran terumbu karang dan global warming, dipandang penting untuk menjelaskan keterkaitan antara dua variabel.

Pembahasan singkat terumbu karang telah dijelaskan pada bagian I (Karang, hewan Tua yang harus dilestarikan), dan II (Berhentilah merusak terumbu karang).

A. Terumbu Karang

Karang dan terumbu karang telah disinggung lebih rinci pada tulisan bagian I dan II. Namun untuk menyegarkn kembali pemahaman kita tentang terumbu karang, maka karang adalah hewan tak bertulang belakang yang termasuk dalam Filium Coelentereta. Terumbu karang adalah bangunan ribuan karang berupa deposit kalsium karbonat di dasar laut yang menjadi tempat hidup berbagai ikan dan mahluk laut lain.

Faktor yang mempengaruhi pertumbuhan karang adalah cahaya, suhu, salitinas, sedimentasi, nutrisi makanan.

Karang adalah hewan bersimbosis dengan alga zooxanthellae, maka cahaya menjadi salah satu faktor pembatas bagi kehidupan karang. Oleh sebab itu, sekarang hanya dapat hidup pada kedalaman kurang dari 30 cm.

Suhu optimum untuk pertumbuhan hewan karang adalah berkisar 25-290 C. Salinitas yang sesuai dengan pertumbuhan hewan karang adalah sekitar 30 ppt, oleh sebab itu jarang ditemukan terumbu karang disekitar muara sungai yang besar.

Sedimentasi merupaakn salah satu pembatas pertumbuhan karang. Daerah yang memiliki sedimentasi yang tinggi akan sulit untuk menjadi tempat yng baik bagi pertumbuhan karang.

B. Global Warming

Kelompok peniliti bentukan PBB Intergovernmental Panel On Climate Change (IPCC) mendefinisikan pemanasan global adalah adanya proses peningkatan suhu rata-rata atmosfer, laut, dan daratan bumi.

IPCC menyimpulkan sebagian besar peningkatan suhu rata-rata global disebabakan oleh meningkatnya konstrasii gas-gas rumah kaca akibat aktivitas manusia melalui efek rumah kaca.

Salah satu hal pertama mereka temukan adalah beberapa jenis rumah kaca bertanggung jawab langsung terhadap pemanasan yang kita alami, dan manusiah kontributor terbesar dan terciptanya gas tersebut.

Kebanyakan gas rumah kaca ini dihasilkan oleh peternakan pembakaran bahan bakar fosil pada kendaraan bermotor, pabrik-pabrik modern, serta pembangkit tenaga listrik.

Efek rumah kaca sangat dibutuhkan oleh segala mahluk hidup yang ada di bumi, karena tanpanya, planet ini akan menjadi sangat dingin.

Jika tak ada efek rumah kaca suhu bumi hanya  18 C sehingga es akan menutupi seluruh permukaan bumi.

Namun, apabila sebaliknya, gas berupa uap air, karbondioksida, dan metana tersebut, telah menumpuk di atmosfer akan mengakibatkan pemanasan global.

C. Hubungan Terumbu Karang dan Global Warming

Global Warming yang menyebabkan keunikan suhu permukaan air laut dan tingginya sinar ultraviolet matahari sehingga mempengaruhi psikologi karang serta menimbulkan efek pemutihan disebut bleaching.

Hilangnya zooxanthellae, alga tempat etrgantungnya polip karang untuk mendapatkan makanan adalh penyebab bleaching.

Keadaan pemutihan yang terrlalu lama menyebabkan kematian polip karang. Permasalahan pemutihan karang akan meningkat tajam jika pemanasan global terus berlanjut.

Menurut IPCC rata-rata suhu permukaan laut (SPL),  di daerah tropis diramalkan naik sekitar 1-2 C dalam waktu satu abad mendatang. Peristiwa pemutihan 1998 telah menunjukkan bahwa pelestarian terumbu karang tidak dapat lagi tercapai tanpa perhatian terhadap perubahan iklim global.

Penyebab Terjadinya Pemutihan Karang

Beberpaa pakar menjabarkan penyebab pemutihan terumbu karang akibat global warming diantaranya tingginya suhu air laut yang tidak normal, tingginya sinar ultraviolet, tingginya tingkat kerusakan dan sedimentasi air, kurangnya cahaya, penyakit, kadar garam tidak normal.

Kemampuan Pemutihan Terumbu Karang

Kembalinya ekosistem terumbu karang ke fungsi semula setelah kematian akibat pemutihan massal bergantung pada kesuksesan reproduksi dan rekolonisasi karang-karang yang tersisa dan dari karang-karang yang berada di luar populasi sumber terumbu.

Karang bereproduksi secara seksual dan dilaur kelamin (aseksual). Reproduksi seksual melibatkan pemutihan telur karang oleh sperma untuk membentuk larva yang berenang bebas.

D. Penutup

Pemutihan terumbu karang umumnya terjadi pada negara tergolong interidal seperti Austalia dan Brazil. Meski Indonesia belum terjadi pemutihan terumbu karang yang begitu signifikan akibat global warming, namun kita semua perlu melakukan upaya pencegahan.

Pencegahan pengaruh global warming terhadap pemutihan terumbu karang membutuhkan komitmen menyeluruh pemerintah, swasta, maupun masyarakat. dan pembuat keputusan, berada dalam posisi menyelamatkan sumberdaya yang terrsisa dan menstimulasi pemutihan.

Dimana saja terjadi pemutihan, pengelolaan untuk mengurangi dan menghilangkan segala bentuk dampak langsung dari manusia yang menyebabkan kerusakan tambahan sangat penting untuk meningkatkan kondisi pemutihan karang yang optimal.

Hal ini termasuk mengurangi tekanan akibat perikanan yang berlebihan, pariwisata, polusi dari pemanfaatan dan pengembangan sumber tanah.

Perlindungan terhadap karang yang masih hidup sangat vital karena hal ini diperlukan bagi masa depan pemulihan karang secara lokal dan dimana saja.

Coremap termasuk Coremap II Buton, telah menunjukkan langkah konkrit terhadap pengelolaan untuk mencegah kerusakan terumbu karang yang semakin parah, yakni dengan membentuk Daerah Perlindungan Laut (DPL).

Dengan DPL ini, dapat melindungi karang sekaligus sebagai tempat berlindung dan berkembangbiaknya ikan.

One Response

  1. bingung bikin kartul..

Leave a comment